Hari ibu yang ditetapkan 1935 dan diresmikan sebagai hari
nasional oleh pemerintah RI tahun 1950 dengan makna menjadikan perempuan
sebagai pendidik nasionalisme dan kebangsaan. 84 tahun lalu ratusan perempuan
dari puluhan organisasi mendiskusikan beragam persoalan perempuan dari masalah perdagangan perempuan, perempuan
dan anak, akses pendidikan dan kesehatan, pernikahan dini dan poligami. bahkan
hingga kini semua masalah tersebut masih relevan dengan keberagaman situasi
yang melingkupnya. Hal ini diungkapkan oleh Ketua TP. PKK Kabupaten Gorontalo
Rahmiyati Jahja dalam sambutannya selaku Pembina upacara peringatan hari ibu ke
84 tingkat Kabupaten Gorontalo. Sabtu 22/12
Rahmi menjelaskan dalam kondisi kekinian dimana bangsa kita
mengalami degradasi dan disorientasi kebangsaan serta maraknya potensi konflik
dan disintegrasi bangsa makna hari ibu harus dikuatkan kembali seperti tujuan
semula. Waspadai pereduksian dan pelemahan hari ibu yang mengembangkan yang
pemaknaannya hanya terbatas pada fungsi reproduksi saja, yang dikemas dalam
kata-kata yang seolah memukau namun sesungguhnya memanipulasi.
Dijelaskan pula bahwa sesunggunya penetapan hari ibu secara
filosofis dan secara politis adalah pengakuan akan eksistensi perempuan dalam turut
memperjuangkan kemerdekaan, tidak sesempit makna mothers day “Olehnya untuk
para ibu, perempuan Indonesia rebutlah hak politikmu mari bangun kembali
peradaban budaya bangsamu maju dan lawanlah semua kejahatan manusia yang sedang
mendorong bangsa ini pada ketidakmandirian dan keterpurukan. Mari kita
peringati hari ibu juga sebagai usaha kita semua untuk berkomitmen lebih serius
melindungi perempuan anak dan komunitas dari segala bentuk kekerasan dirumah
diruang public dan negara sebagaiman ibu ada untuk melahirkan dan merawat
kehidupan ini”Jelas Rahmi
VENNY : PHI TELAH MENGALAMI DISTORSI
Peringatan Hari Ibu telah mengalami distorsi yang cukup jauh dari semangat awal diperingatinya 22 Desember sebagai Hari Kebangkitan Perempuan sebab lebih cenderung pada kegiatan yang bersifat seremonial seperti lomba kebaya, vocal group dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perempuan Indonesia diajak untuk memperingati 22 Desember dengan penuh semangat perjuangan.
Wakil Ketua TP. PKK Kabupaten Gorontalo Venny Anwar mengatakan tujuan peringatan hari ibu jangan terkesan seremonial semata tetapi harus memiliki nilai manfaat sebagai mana yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten dengan menghadirkan anak-anak yatim piatu dari 18 kecamatan se-Kabupaten Gorontalo
ADE SERA : EKPLOITASI PEREMPUAN MUSUH BERSAMA
Perilaku yang merendahkan kaum perempuan seperti eksploitasi terhadap perempuan baik dalam bidang ekonomi maupun seksual masih terjadi hingga saat ini, hal ini merupakan musuh kita bersama sebagai kaum perempuan. Ketua DWP Kabupaten Gorontalo Ade Sera Restu Rahim mengungkapkan hal tersebut sehubungan dengan perayaan hari ibu ke 84 dan HUT DWP ke 13 tingkat Kabupaten Gorontalo. Sabtu 22/12 Kemarin
"Kasus Bupati Aceng merupakan contoh eksploitasi perempuan yang dilakukan penguasa, Fakta tersebut menurut Ade merupakan bukti lemahnya perlindungan terhadap perempuan " ujar Ade Sera
Lebih lanjut menurut Ade Sera mengatakan bahwa hari ibu lebih dimaknai sebagai peran perempuan sebagai pejuang kepentingan kaumnya dalam arti yang lebih luas seperti memperjuangkan akses anak perempuan pada pendidikan, hak untuk menikah tanpa paksaan, dan bebas dari poligami.
VENNY : PHI TELAH MENGALAMI DISTORSI
Peringatan Hari Ibu telah mengalami distorsi yang cukup jauh dari semangat awal diperingatinya 22 Desember sebagai Hari Kebangkitan Perempuan sebab lebih cenderung pada kegiatan yang bersifat seremonial seperti lomba kebaya, vocal group dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perempuan Indonesia diajak untuk memperingati 22 Desember dengan penuh semangat perjuangan.
Wakil Ketua TP. PKK Kabupaten Gorontalo Venny Anwar mengatakan tujuan peringatan hari ibu jangan terkesan seremonial semata tetapi harus memiliki nilai manfaat sebagai mana yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten dengan menghadirkan anak-anak yatim piatu dari 18 kecamatan se-Kabupaten Gorontalo
ADE SERA : EKPLOITASI PEREMPUAN MUSUH BERSAMA
Perilaku yang merendahkan kaum perempuan seperti eksploitasi terhadap perempuan baik dalam bidang ekonomi maupun seksual masih terjadi hingga saat ini, hal ini merupakan musuh kita bersama sebagai kaum perempuan. Ketua DWP Kabupaten Gorontalo Ade Sera Restu Rahim mengungkapkan hal tersebut sehubungan dengan perayaan hari ibu ke 84 dan HUT DWP ke 13 tingkat Kabupaten Gorontalo. Sabtu 22/12 Kemarin
"Kasus Bupati Aceng merupakan contoh eksploitasi perempuan yang dilakukan penguasa, Fakta tersebut menurut Ade merupakan bukti lemahnya perlindungan terhadap perempuan " ujar Ade Sera
Lebih lanjut menurut Ade Sera mengatakan bahwa hari ibu lebih dimaknai sebagai peran perempuan sebagai pejuang kepentingan kaumnya dalam arti yang lebih luas seperti memperjuangkan akses anak perempuan pada pendidikan, hak untuk menikah tanpa paksaan, dan bebas dari poligami.
Posting Komentar
Ingin memberikan komentar tapi belum memiliki E-Mail silahkan pilih status anonymous maka anda bebas berkomentar terbuka untuk umum