Selamat Datang di Blog Rahmiyati Center. | About Us | Contact | Register | Sign In

25 Desember, 2012

RAHMI : HARI IBU ADALAH PENGAKUAN EKSISTENSI PEREMPUAN

 Hari ibu yang ditetapkan 1935 dan diresmikan sebagai hari nasional oleh pemerintah RI tahun 1950 dengan makna menjadikan perempuan sebagai pendidik nasionalisme dan kebangsaan. 84 tahun lalu ratusan perempuan dari puluhan organisasi mendiskusikan beragam persoalan perempuan  dari masalah perdagangan perempuan, perempuan dan anak, akses pendidikan dan kesehatan, pernikahan dini dan poligami. bahkan hingga kini semua masalah tersebut masih relevan dengan keberagaman situasi yang melingkupnya. Hal ini diungkapkan oleh Ketua TP. PKK Kabupaten Gorontalo Rahmiyati Jahja dalam sambutannya selaku Pembina upacara peringatan hari ibu ke 84 tingkat Kabupaten Gorontalo. Sabtu 22/12
Rahmi menjelaskan dalam kondisi kekinian dimana bangsa kita mengalami degradasi dan disorientasi kebangsaan serta maraknya potensi konflik dan disintegrasi bangsa makna hari ibu harus dikuatkan kembali seperti tujuan semula. Waspadai pereduksian dan pelemahan hari ibu yang mengembangkan yang pemaknaannya hanya terbatas pada fungsi reproduksi saja, yang dikemas dalam kata-kata yang seolah memukau namun sesungguhnya memanipulasi.
Dijelaskan pula bahwa sesunggunya penetapan hari ibu secara filosofis dan secara politis adalah pengakuan akan eksistensi perempuan dalam turut memperjuangkan kemerdekaan, tidak sesempit makna mothers day “Olehnya untuk para ibu, perempuan Indonesia rebutlah hak politikmu mari bangun kembali peradaban budaya bangsamu maju dan lawanlah semua kejahatan manusia yang sedang mendorong bangsa ini pada ketidakmandirian dan keterpurukan. Mari kita peringati hari ibu juga sebagai usaha kita semua untuk berkomitmen lebih serius melindungi perempuan anak dan komunitas dari segala bentuk kekerasan dirumah diruang public dan negara sebagaiman ibu ada untuk melahirkan dan merawat kehidupan ini”Jelas Rahmi



VENNY : PHI TELAH MENGALAMI DISTORSI
Peringatan Hari Ibu telah mengalami distorsi yang cukup jauh dari semangat awal diperingatinya 22 Desember sebagai Hari Kebangkitan Perempuan sebab lebih cenderung pada kegiatan yang bersifat seremonial seperti lomba kebaya, vocal group dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perempuan Indonesia diajak untuk memperingati 22 Desember dengan penuh semangat perjuangan.
Wakil Ketua TP. PKK Kabupaten Gorontalo Venny Anwar mengatakan  tujuan peringatan hari ibu jangan terkesan seremonial semata tetapi harus memiliki nilai manfaat sebagai mana yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten dengan menghadirkan anak-anak yatim piatu dari 18 kecamatan se-Kabupaten Gorontalo




ADE SERA : EKPLOITASI PEREMPUAN MUSUH BERSAMA
Perilaku yang merendahkan kaum perempuan seperti eksploitasi terhadap perempuan baik dalam bidang ekonomi maupun seksual masih terjadi hingga saat ini, hal ini merupakan musuh kita bersama sebagai kaum perempuan. Ketua DWP Kabupaten Gorontalo Ade Sera Restu Rahim mengungkapkan hal tersebut sehubungan dengan perayaan hari ibu ke 84 dan HUT DWP ke 13 tingkat Kabupaten Gorontalo. Sabtu 22/12 Kemarin
"Kasus Bupati Aceng merupakan contoh eksploitasi perempuan yang dilakukan penguasa, Fakta tersebut menurut Ade merupakan bukti lemahnya perlindungan terhadap perempuan " ujar Ade Sera
Lebih lanjut menurut Ade Sera mengatakan bahwa hari ibu lebih dimaknai sebagai peran perempuan sebagai pejuang kepentingan kaumnya dalam arti yang lebih luas seperti memperjuangkan akses anak perempuan pada pendidikan, hak untuk menikah tanpa paksaan, dan bebas dari poligami.
 

 
Share this article now on :

Posting Komentar

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))

Ingin memberikan komentar tapi belum memiliki E-Mail silahkan pilih status anonymous maka anda bebas berkomentar terbuka untuk umum